Beranda | Artikel
Nasihat Dalam Menghadapi Cobaan Hidup Yang Berat
Selasa, 13 November 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Nasihat Dalam Menghadapi Cobaan Hidup Yang Berat adalah Tabligh Akbar yang disampaikan oleh Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas. Tabligh akbar bersama Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas ini diselenggarakan di Lapangan UKM Tanjung, Kab. Lombok Utara pada Sabtu, 19 Muharrom 1440 H / 29 September 2018.

Ceramah Agama Tentang Nasihat Dalam Menghadapi Cobaan Hidup Yang Berat – Tabligh Akbar

Apa saja yang kita peroleh, semua datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ ۖ …

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya),…” (QS. An-Nahl[16]: 53)

Dan kita bersyukur atas semua nikmat. Dari mulai kita lahir sampai kita dewasa ini, kita sudah mendapatkan nikmat yang sangat banyak dan kita tidak akan bisa menghitungnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ ﴿٣٤﴾

“…Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kalian tidak akan dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim[14]: 34)

Kita harus berusaha untuk menjadi hamba yang bersyukur. Karena sedikit dari hamba Allah yang bersyukur. Kebanyakan manusia tidak bersyukur. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…إِنَّ اللَّـهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ ﴿٢٤٣﴾

“…Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 243)

Dan Allah juga menyebutkan:

…وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ ﴿١٣﴾

“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (QS. Saba[34]: 13)

Allah yang mengatakan demikian. Maka dari itu kita berusaha untuk menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Yaitu dengan beriman kepada Allah, mentauhidkan Allah, dengan kita terus melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-larangan Allah. Itulah bersyukur.

Tiga Pondasi Syukur

Pertama, kita wajib meyakini bahwa nikmat yang Allah berikan kepada kita dan kepada seluruh makhluk, semua itu hakikatnya datang dari Allah. Manusia tidak memiliki apa-apa. Yang memberikan nikmat hanya Allah, yang memiliki langit dan bumi Allah, yang memberikan rezeki kepada seluruh makhluk di langit, di bumi dan diantara keduanya hanya Allah subhanahu wa ta’ala. Kita bisa makan, bisa minum, bisa merasakan semua kenikmatan, semua diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Kedua, Allah memerintahkan kita untuk memuji dan menyanjung Allah subhanahu wa ta’ala atas nikmat-nikmat ini. Karena Allah yang memberikan semua nikmat dan Allah yang berhak mendapatkan pujian. Manusia tidak berhak mendapatkan pujian, siapapun dia orangnya. Yang berhak mendapatkan pujian hanya Allah subhanahu wa ta’ala. Milik Allah semua pujian, semua nikmat, semua kerajaan. Maka ketika seorang muslim menunaikan ibadah haji, itu nikmat yang besar. Dan mereka menyerukan kalimat talbiyah berikut ini:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ

Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).” (HR. Bukhari no. 1549 dan Muslim no. 19)

Ketika kita makan, minum, kita menggunakan tangan kanan dan membaca bismillah, kemudian setelah itu kita membaca alhamdulillah. Ini akan menjadikan Allah ridho kepada kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لَيَرۡضَىٰ عَنِ الۡعَبۡدِ أَنۡ يَأۡكُلَ الۡأَكۡلَةَ فَيَحۡمَدَهُ عَلَيۡهَا، أَوۡ يَشۡرَبَ الشَّرۡبَةَ فَيَحۡمَدَهُ عَلَيۡهَا

Sesungguhnya Allah benar-benar ridha kepada seorang hamba yang apabila ia selesai makan lalu ia memujiNya atas makanan itu dan apabila ia selesai minum lalu ia memujiNya atas minuman itu.” (HR. Muslim no. 2734)

Ketiga, bahwa Allah memberikan nikmat kepada kita agar kita melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah dan menjauhkan dosa dan maksiat. Itu yang Allah kehendaki. Maka harus kita ingat itu. Kita murni hamba Allah dan seluruh yang di langit dan di bumi adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala. Semua berjalan menurut yang Allah kehendaki. Bagi Allah semua ciptaan dan bagi Allah semua urusan.

Allah Menciptakan Manusia untuk Beribadah

Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk makan, minum, bermain, jalan-jalan dan lainnya. Ketika kita melaksanakan ibadah kepada Allah, pasti Allah memberikan rezeki kepada kita. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾ إِنَّ اللَّـهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ ﴿٥٨﴾

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56 – 58)

Allah menyebutkan dalam ayat ini, bahwa kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Maksud dari ibadah ini adalah mentauhidkan Allah. Tidak ada arti ibadah kecuali tauhid. Dan tidak ada nilai ibadah kecuali dengan tauhid kepada Allah, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…فَاعْبُدِ اللَّـهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ ﴿٢﴾

“...Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya yakni dari kemusyrikan, maksudnya mentauhidkan-Nya.” (QS. Az-Zumar[39]: 2)

Kita wajib menujukan ibadah itu hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak kepada yang lain.

Kemudian setelah itu Allah mengatakan bahwa dengan ibdah itu Allah tidak meminta rezeki. Artinya jika seluruh manusia beribadah kepada Allah, tidak akan menambah kekuasaan Allah. Seandainya seluruh makhluk kufur kepada Allah, maka ini tidak akan mengurangi kekuasaan Allah sedikitpun juga. Allah akan tetap mulia, perkasa, dan terpuji. Bukan berarti Allah butuh dengan ibadah kita. Tetapi kitalah yang butuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan ibadah ini, akan mendekatkan diri kita kepada Allah. Kita akan mendapatkan kenikmatan, ketenangan, kesejukan, ketentraman, pahala dan surga.

Selanjutnya Allah mengatakan, “Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” Disini Allah mengatakan bahwa dia adalah الرَّزَّاقُ yang terus menerus memberikan rezeki kepada hamba-hambaNya dan tidak pernah putus. Siapapun dia. Apakah dia orang kafir, fasih, fajir, taat, binatang, semua diberikan rezeki oleh Allah. Semua tidak akan mati kecuali jatah rezekinya sudah habis. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ ﴿٣٤﴾

“…(maka apabila telah datang ajalnya, mereka tidak dapat mengundurkannya) ajal itu (barang sesaat pun dan tidak dapat pula memajukannya) memajukan temponya.”  (QS. Al-A’raf[7]: 34)

Semua hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah. Kita harus berusaha bagaimana menegakkan ibadah kepada Allah dengan sebenar-benar ibadah kepada Allah. Kita lihat Nabi dan Rasul ‘alaihimush shalatu was salam, para sahabat radhiyallahuta’ala ‘anhum ajma’in. Mereka menegakkan ibadah dengan sebenar-benarnya ibadah.

Bukan berarti mereka tidak mencari nafkah. Mereka tetap mencari nafkah, bekerja, berusaha, berdagang dan yang lain. Karena mencari nafkah adalah sesuatu yang wajib. Tapi mereka juga tetap menegakkan ibadah. Seluruh yang kita kerjakan seperti bekerja, berdagang dan yang lainnya adalah untuk menegakkan ibadah kita kepada Allah.

Simak Penjelasan Lengkap dan Download MP3 Ceramah Agama Islam Tentang Nasihat Dalam Menghadapi Cobaan Hidup Yang Berat – Tabligh Akbar



Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45146-nasihat-dalam-menghadapi-cobaan-hidup-yang-berat/